Kota Bengkulu tak hanya dikenal sebagai “Bumi Rafflesia” karena menjadi habitat asal dari bunga raksasa itu, namun juga terkenal dengan alat musik tradisionalnya yang cukup unik. Alat musik tradisional yang menjadi keunggulan kota Bengkulu adalah Dhol. Untuk memperkenalkan alat musik Bengkulu yang satu itu ke seluruh dunia, Kota Bengkulu setiap tahunnya menggelar festival yang bernama Bencoolen Dhol Attraction.
Sebelum menyaksikan Bencoolen Dhol Attraction, alangkah baiknya untuk mengenal berbagai jenis alat musik khas Bengkulu yang dimainkan dalam festival tersebut. Simak daftar berikut untuk mengetahuinya.
Baca juga: Siap Guncang Dunia dengan Alat Musik khas Bengkulu di Bencoolen Dhol Attraction 2022
Serunai merupakan jenis alat musik tiup tradisional Bengkulu. Terdapat 2 jenis serunai atau seruling. Pertama terbuat dari kayu dan yang kedua terbuat dari kuningan. Meskipun bahan pembuatan nya berbeda, namun kedua serunai ini mempunyai bentuk, fungsi, dan juga cara memainkan yang sama. Alat musik ini dilengkapi dengan 6 (enam) buah lubang nada dan corongnya yang terbuat dari batok kelapa.
Selain terkenal sebagai alat musik Bengkulu, serunai dikenal juga sebagai alat musik tradisional dari Sumatera Barat. Di Sumatera Barat serunai hanya dikenal di beberapa daerah saja, seperti Agam, Tanah Datar dan di daerah-daerah sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat.
Sama halnya dengan alat musik dari Papua dan daerah lain, serunai lebih sering digunakan untuk kegiatan upacara adat seperti upacara pengantin blarak, pengiring tari pedang dan pernikahan.
Akordion atau disebut juga harmonium merupakan alat musik tradisional yang cukup sulit untuk dimainkan, artinya tidak semua orang dapat memainkan alat musik ini. Bentuk dari alat musik akordion ini persegi panjang, memiliki ukiran di bagian luarnya, serta aksesoris tombol sebanyak 3 buah. Akordion pada umumnya dipadukan dengan alat musik gambus, seperti rebab, biola dan lain sebagainya. Alat musik ini juga pada umumnya digunakan untuk musik-musik Melayu, maka tidak heran apabila hanya terkenal di daerah-daerah seperti Aceh, Riau, Minang, Malaysia, dan sekitarnya.
Alat musik tradisional dari Bengkulu selanjutnya adalah Tasa. Tasa atau sering disebut pula Gendang Tasa berbentuk seperti rebana, terbuat dari tembaga, besi plat atau alumunium, dan juga bisa dari kuali yang permukaannya ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan. Alat musik ini digunakan bersama dengan Dol, untuk acara Tabot yang dilaksanakan di daerah Bengkulu. Ketika ditepuk, selain dapat menghasilkan suara dari getaran kulit membrannya, rebana ini juga akan menghasilkan bunyi gemerincing dari hasil benturan beberapa logamnya. Alat musik yang juga dikenal dengan sebutan "Tassa" ini ditemukan dalam kebudayaan suku Muko-muko di Bengkulu Selatan pada tanggal 5 Maret 1998.
Kulintang atau kolintang adalah alat musik tradisional yang memiliki bentuk seperti calung, namun berjajar dan terbuat dari kayu. Alat musik ini hanya populer di Pulau Sumatera saja. Kolintang juga selain dikenal sebagai alat musik tradisional Bengkulu, dikenal juga sebagai alat musik dari daerah Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.
Hal ini sebenarnya tidaklah mengherankan, mengingat penyebaran suku di daerah Sumatera yang begitu merata. Pada dasarnya kita tidak dapat mengklaim, alat musik ini berasal dari daerah apa, yang ada dari suku apa. Akan tetapi sejauh ini kolintang dikenal sebagai salah satu alat musik tradisional dari daerah Bengkulu oleh masyarakat luas.
Sayangnya saat ini kulintang begitu sulit untuk kita temukan, terlebih digunakan. Penyebab utamanya adalah fungsi dari kolintang telah dapat digantikan oleh alat-alat musik elektronik.
Redap adalah jenis alat musik pukul, seperti gendang. Bahan yang digunakan dalam pembuatan redap adalah kulit binatang, seperti kambing atau sapi yang dipadukan dengan rotan.Memainkan redap tidak begitu sulit, hanya perlu dipukul saja pada bagian kulitnya.
Hingga saat ini alat musik redap masih digunakan dalam acara kedaerahan. Memainkan alat musik redap biasanya dipadukan dengan alat musik lain, seperti serunai, gendang panjang dll. Sekilas redap ini hampir memiliki kesamaan dengan rebana, yang dikenal juga sebagai salah satu alat musik tradisional dari Kalimantan Selatan.
Doll adalah alat musik yang lucu dengan bentuk lonjong. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh. Berdasarkan cerita masyarakat, doll adalah alat musik yang dimainkan hanya dalam acara tabot. Acara tersebut dilakukan untuk mengenang meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW.
Tidak semua orang diperkenankan untuk memainkan doll, hanya orang-orang tertentu saja yaitu tabot. Tabot adalah sebutan keturunan india yang menikah dengan warga lokal Bengkulu.
Jika diperhatikan dengan saksama, doll lebih mirip bedug, namun perbedaannya terletak pada bagian ujung bawah yang lonjong. Material utama yang digunakan dalam pembuatan doll adalah kayu atau bonggol pohon kelapa, sedangkan untuk bagian yang ditabuh menggunakan kulit hewan.
Doll memiliki ukuran kurang lebih 70-125 cm untuk diameternya, dan untuk tinggi ada di kisaran 80 cm. Sedangkan untuk alat pukulnya memiliki diameter 50 cm dengan panjang 30 cm. Bagi kamu yang ingin memiliki doll dapat mendapatkannya dari pengrajin di bengkulu dengan harga di angka 1 jutaan.
Dhol atau Doll sejatinya bukanlah tabuhan musik mellow, melainkan tabuhan musik semangat penuh gairah, kekuatan, serta teriakan. Sebagai paduan musik perkusi, Dhol memiliki pola pukul/tabuh yang berbeda dengan alat musik Fu dari Papua dan Udu alat musik perkusi dari Afrika. Dengan harmoni dan dinamisasi yang luar biasa, penampilan Doll dengan motif dan pola bunga Rafflesia dapat dijadikan ajang promosi tentang kesenian musik Bengkulu.
Untuk mengenalkan alat musik tradisional Dhol ini ke seluruh dunia, maka pemerintah daerah Bengkulu bekerjasama dengan kementerian pariwisata menggelar event Bencoolen Dhol Attraction 2022. Pada tahun ini, festival ini akan diselenggarakan pada tanggal 8 Juli 2022 secara daring dengan menampilkan atraksi Dhol yang epic. Jangan sampai ketinggalan, ya!