Kamu tentu sering mendengar bagaimana suksesnya Kerajaan Sriwijaya dalam menguasai sektor perdagangan pada masanya. Tidak hanya kisah sukses yang dimilikinya, kerajaan ini juga menyimpan tragedi yang mengandung banyak pelajaran. Mempelajari sejarah Kerajaan Sriwijaya menjadi salah satu cara menikmati wisata di Palembang, Sumatera Selatan. Apalagi jika kamu tertarik dengan serunya Festival Sriwijaya 2022. Simak sejarah Kerajaan Sriwijaya serta situs peninggalannya berikut ini.
Mulai dari namanya, Sriwijaya diambil dari bahasa Sansekerta dan terdiri dari 2 kata, yaitu Sri (cahaya) dan Wijaya (kejayaan). Sesuai dengan namanya, kerajaan ini memang jaya pada masanya dalam bidang perdagangan. Karena letaknya yang strategis, kerajaan ini juga mengalami pertukaran budaya dengan berbagai negara yang datang untuk membeli rempah. Diantaranya adalah Arab, China, dan India.
Salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia ini merupakan kerajaan penganut Buddha. Begitu besarnya, kerajaan ini menjadi pusat ajaran Sidharta Gautama. Karena pengaruhnya yang besar terhadap kerajaan lain, termasuk yang ada di Pulau Jawa, runtuhnya kerajaan juga ini memengaruhi sejarah nusantara secara keseluruhan.
Berdasarkan berbagai peninggalan yang ditemukan dan diteliti, Kerajaan Sriwijaya berdiri pertama kali pada tahun 7 masehi. Raja pertama yang memimpin saat itu adalah Dapunta Hyang Sri Janayasa atau Sri Janayasa. Mulanya Sri Janayasa membawa 20.000 pasukan dari Minanga Tamwan ke beberapa daerah di Sumatera. Daerah seperti Palembang, Bangka, dan Belitung dianggap strategis untuk dijadikan pusat perdagangan. Dari sinilah Kerajaan Sriwijaya memulai keberhasilannya.
Berawal dari perdagangan yang sukses besar, kerjaan ini mulai berani dan berhasil menaklukkan beberapa wilayah lain di Sumatera. Tidak berhenti disitu, Raja Sri Janayasa juga mencoba menguasai beberapa kerajaan di Jawa yang dianggap tidak patuh melalui serangan militer. Dengan sumber daya yang dimiliki dan momen runtuhnya beberapa kerajaan di Jawa tersebut yang menjadikan Kerajaan Sriwijaya semakin besar.
Hingga pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa (raja ke-5), kerjaan ini sampai pada kesuksesan yang berpengaruh hingga luar negeri, seperti Thailand dan Kamboja. Banyak jalur perdagangan strategis yang mampu dikuasai. Begitu juga dengan variasi hasil alam yang diperdagangkan semakin beragam. Kurang lebih pada abad ke-8 hingga 10 masehi, kerajaan ini berjalan dengan sukses dan terus melebarkan wilayah kekuasaannya.
Namun sayang, pada abad ke 11 masehi, Kerajaan Sriwijaya mulai mendapat serangan dari beberapa kerajaan di Jawa secara terus menerus. Kekalahan paling berdampak adalah lemahnya kekuasaan kerajaan ini di Selat Malaka. Situasi semakin memburuk pada abad ke 13 masehi dimana kerajaan Singasari (Jawa) berhasil menaklukkan Kerajaan Melayu yang saat itu dikuasai Sriwijaya. Bahkan Selat Malaka akhirnya dilepas akibat Semenanjung Malaysia mampu dikuasai oleh Kerajaan Sukhodaya Thailand. Hingga akhirnya Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke 14 masehi setelah mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit (Jawa).
Meskipun akhir dari Kerajaan Sriwijaya kurang baik, namun keberadaannya sangat berarti. Tidak hanya mengangkat pertumbuhan ekonomi berbagai wilayah saat itu, Kerajaan Sriwijaya juga mampu menciptakan budaya toleransi yang tinggi. Buktinya terlihat dari berbagai situs peninggalan yang ditemukan. Terdapat beberapa budaya Hindu ditemukan dalam prasasti tersebut. Bahkan ditemukan juga fakta bahwa ada perkampungan muslim yang masuk dalam wilayah Sriwijaya.
Beberapa peninggalan yang berhasil ditemukan dikumpulkan menjadi satu dalam Museum Sriwijaya, Palembang. Terdapat 3 prasasti utama yang berisi tentang semua cerita sejarah Sriwijaya yang telah dibahas di atas. Prasasti pertama adalah Kedukan Bukit yang berisi tentang kisah awal berdirinya kerajaan ini. Kedua adalah Telaga Batu yang berisi tentang sistem pemerintahan yang dijalankan. Lalu yang ketiga adalah Talang Tuo yang berisi tentang pembangunan Taman Srikesetra sebagai bukti keberhasilan Sriwijaya. Masih banyak lagi prasasti yang disimpan di museum ini hingga sekarang.
Tidak hanya menyimpan peninggalan berupa prasasti, Museum Sriwijaya juga memiliki koleksi lain yang beragam. Mulai dari arca, keramik, pecahan kapal dagang, manik-manik, dan sebagainya. Ratusan peninggalan ini yang membuktikan betapa besarnya Kerajaan Sriwijaya saat itu.
Dengan melihat keseluruhan cerita Kerajaan Sriwijaya di atas, wajar jika masyarakat Sumatera Selatan menjadikannya sebagai semangat membuat sebuah festival meriah. Sebagai salah satu bentuk mengingat keberhasilan dan kerja keras penduduk Kerajaan Sriwijaya, masyarakat sekitar mengadakan festival seni dan budaya. Acara yang dilangsungkan setahun sekali ini memiliki tema yang menarik dan berganti setiap tahunnya. Begitu juga dengan tahun 2022, dengan tema “Kita Semua Adalah Sriwijaya, Kita Bangga Menjadi Sriwijaya”, Festival Sriwijaya dilaksanakan pada akhir Juni hingga awal Juli. Waktu yang tepat untuk mengisi liburan sekolah, bukan?
Tidak hanya berbagai pertunjukan musik dan tarian tradisional saja, kamu juga dapat menyaksikan Pawai Budaya dari berbagai kabupaten dan kota. Namun acara yang paling menyita perhatian adalah Teater Rakyat yang berisi berbagai cerita dan legenda yang ada di Sumatera Selatan. Jangan sampai ketinggalan, simak terus infonya melalui Indonesia Travel. Menjelajahi berbagai objek wisata kaya akan nilai budaya #DiIndonesiaAja akan membuat kamu belajar banyak hal. Tunggu apa lagi? Rencanakan liburan kamu sekarang juga.