Alat musik dari berbagai daerah di Indonesia tidak hanya memiliki fungsi sebagai sarana hiburan, akan tetapi juga menjadi bagian penting dalam kegiatan ritual, ekspresi budaya hingga acara keagamaan.
Berbagai alat musik tradisional dari berbagai daerah di Indonesia mencerminkan nilai-nilai filosofi yang sangat dipegang teguh oleh masyarakat setempat. Berikut 8 alat musik tradisional yang menunjukkan keragaman dan keindahan budaya nusantara:
1. Aramba
Foto: nia.wiktionary.org
Aramba atau dikenal juga Arumba merupakan alat musik tradisional dari Sumatera Utara, tepatnya dari Kabupaten Nias. Alat musik ini selain sebagai alat komunikasi dalam masyarakat juga dipakai sebagai alat musik tradisional untuk berbagai kegiatan seperti musik pengiring saat upacara menanam dan memanen padi. Selain itu, Aramba juga menjadi alat musik pengiring beberapa acara, seperti acara perkawinan, kematian, dan sebagainya. Cara memainkan Arumba yang terbuat dari tembaga dan kuningan ini dengan cara dipukul menggunakan suatu alat yang terbuat dari kayu dan dibentuk sedemikian rupa.
Alat musik Arumba mempunyai bentuk bulat menonjol pada bagian tengah, biasanya alat musik tradisional ini akan digantungkan menggunakan tali pada sebuah palang. Arumba mempunyai jenis bunyi ideofon, yaitu bunyi yang berasal dari bahan dasarnya yang terbuat dari tembaga, kuningan, emas, dan nikel. Alat musik ini memiliki dua jenis ukuran, yaitu ukuran kecil dan besar. Aramba yang memiliki ukuran kecil biasanya disebut dengan Fatao dengan diameter 40–50 cm. Sedangkan Aramba dengan ukuran yang besar biasanya disebut dengan Hongo dengan diameter 60–90 cm. Aramba yang memiliki berukuran kecil biasanya berbunyi keras sementara yang berukuran besar cenderung menghasilkan suara yang berdengung seperti gong.
2. Gambus
Foto: detik.com
Masuknya alat musik Gambus ke Indonesia diperkirakan bersamaan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah Sumatera sekitar abad ke 7 hingga abad ke 15, di mana alat musik Gambus diterima dan diadaptasi oleh masyarakat dari suku Melayu hingga dijadikan sebagai salah satu alat musik bagi mereka.
Alat musik Gambus sendiri memiliki bentuk seperti mandolin dengan 3 hingga 12 senar dan dimainkan dengan cara dipetik. Dimainkan dalam sebuah kelompok musik atau orkes, Biasanya Gambus dimainkan bersama alat musik pukul seperti gendang.
Alat musik gambus sendiri awalnya dipakai masyarakat Melayu yang tinggal di pesisir pantai. Beberapa daerah di Riau, seperti Pangkalis dan Penyengat, merupakan daerah yang banyak memiliki pemain musik gambus. Pemain gambus Melayu Riau yang memainkan gambus secara secara tunggal, biasanya sambil bernyanyi dengan syair-syair Islami.
Tak hanya di Riau, gambus juga menyebar ke wilayah Indonesia lainnya, seperti di Jawa hingga Sulawesi. Perkembangan dan penyebaran ini kemudian menghasilkan bentuk-bentuk instrumen gambus yang bervariasi pada masing-masing daerah, sehingga hari ini dikenal banyak variasi instrumen gambus.
3. Rebab
Foto: seringjalan.com
Rebab merupakan alat musik tradisional dari Jawa Barat dengan bentuk menyerupai busur panah. Meski menjadi salah satu alat musik asal Jawa Barat, namun faktanya, alat musik Rebab juga banyak digunakan pada kesenian di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, khususnya oleh masyarakat Melayu.
Alat musik Rebab bukan alat musik murni dari Indonesia, di mana pada abad ke 8, alat musik Rebab menyebar melalui jalur perdagangan Islam. Alat musik ini juga banyak ditemukan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan sebagian Eropa
Alat musik Rebab yang ada di Nusantara telah mengalami revolusi di mana bagian-bagian dari alat musik Rebab dibuat dengan bahan baku alami seperti dari bahan kayu nangka dengan rongga pada bagian dalamnya dan ditutup dengan kulit lembu yang telah dikeringkan sebagai pengeras suara. Alat musik Rebab memiliki satu hingga tiga senar tanpa papan nada dan dimainkan dengan cara digesek dengan tongkat menyerupai busur.
Alat musik Rebab yang ada di Nusantara juga membantu dalam memperkaya berbagai macam koleksi instrumen musik yang ada di Indonesia. Selain itu, alat musik Rebab juga sering digunakan sebagai alat musik pengiring wayang golek hingga tarian jaipong.
4. Seruling
Foto: bobobox.com
Alat musik Seruling atau Suling merupakan instrumen musik dari bambu yang berasal dari Jawa Barat. Alat musik dengan instrumen musik tiup ini berbentuk kecil dengan panjang sekitar 30 cm dan memiliki garis tengah sekitar 3 cm, terdapat juga lubang-lubang kecil pada bagian tubuhnya untuk mengatur nada yang diinginkan pemainnya.
Seruling termasuk instrumen musik aerophone yang berarti suara yang ditimbulkan dari alat musik tersebut berasal dari hembusan angin. Alat musik seruling dimainkan dengan cara meniup lubang di bagian pangkal alat musik tersebut. Saat meniup lubang di bagian pangkal tersebut, ujung jari-jari tangan juga perlu bekerja membuka dan menutup lubang-lubang yang berfungsi sebagai penghasil nada.
5. Kecapi
Foto: id.wikipedia.org
Kecapi merupakan alat musik petik tradisional yang berasal dari suku Sunda, Jawa Barat dan suku Bugis, Sulawesi Selatan. Menurut sejarahnya, alat musik ini dibawa oleh para pendatang asal Tiongkok. Sebelum disebut dengan nama kecapi, alat musik ini dikenal sebagai guzheng.
Di setiap daerah ada ceritanya masing-masing tentang alat musik kecapi. Menurut masyarakat Bugis, kecapi dibawa oleh pelaut yang berlayar selama berhari-hari. Pelaut tersebut meninggalkan gadis pujaannya di wilayah pesisir Bugis dan membuat kecapi saat berlayar. Sesampainya kembali di Bugis, pelaut itu memainkan kecapi dan masyarakat bugis sangat menikmati alunan musik dari kecapi.
Di sisi lain, ada cerita yang menyebutkan bahwa alat musik kecapi berasal dari tanah Pasundan karena ditemukan dan diproduksi di wilayah Sunda. Di Jawa Barat kecapi sering digunakan sebagai pengiring lagu-lagu tradisional maupun modern bertemakan cinta atau kehidupan manusia. Instrumen alat musik Kecapi menghasilkan suara yang lembut dan menjadi alat musik utama dalam tembang Sunda.
Ada beberapa jenis kecapi yang ada di Indonesia, seperti Kecapi Indung, Kecapi Siter, Kecapi Rincik, Kecapi Perahu, dan Kecapi Kalimantan.
6. Keso
Foto: travelinkmagz.com
Alat musik keso dilestarikan sebagai bagian budaya masyarakat Makassar, Sulawesi Selatan. Alat musik keso dikenal juga dengan kesok-kesok, beberapa orang bahkan menyebutnya dengan nama Kere-Kere Galang.
Keso terbuat dari kayu yang badannya dibentuk menyerupai jantung atau daun keladi. Pada bagian atasnya dilapisi dengan kulit hewan. Alat ini memiliki leher untuk membentangkan dawai hingga ke bagian badan. Umumnya keso hanya punya dua dawai, berbeda dengan rebab yang dilengkapi tiga hingga empat dawai. Alat musik ini dimainkan dengan menggesekkan dawai yang menghasilkan suara dari resonansi. Musik yang dihasilkan kesok-kesok terbilang sederhana. Nada yang dimainkan dari alat ini cuma berputar-putar secara bebas pada empat hingga lima nada tanpa oktaf.
Alat musik keso biasanya digunakan dalam salah satu tradisi seni khas Makassar yang disebut sinrilik. Pemainnya biasa disebut sebagai pasinrilik. Di masa awal kelahirannya sekitar abad ke-15, sinrilik biasa digunakan sebagai penyampai pesan raja dari istana. Di masa-masa berikutnya sinrilik mulai menyajikan kisah seputar hikayat dan legenda yang dinyanyikan semalam suntuk.
7. Kulintang
Foto : detik.com
Alat musik Kulintang atau dikenal juga Kolintang, Kulinting, Gulintangan merupakan alat musik berasal dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Kata kolintang berasal dari bunyi "Tong" atau nada rendah, "Ting" atau nada tinggi, dan "Tang" atau nada tengah. Umumnya, alat musik tradisional ini digunakan untuk mengiringi upacara adat, acara tari, pengiring nyanyian, dan pertunjukkan musik.
Alat musik Kulintang ini dibuat dengan kayu khusus, seperti kayu telur, kayu benuang, kayu bandaran dan kayu kakinik yang memiliki tekstur padat. Kayu-kayu itu disusun membentuk garis sejajar. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tongkat kecil atau disebut mallet. Mallet umumnya dibalut bantalan kain atau benang pada bagian ujungnya. Mallet yang digunakan biasanya terdiri dari tiga dan diberi nomor tersendiri. Mallet nomor satu digunakan di tangan kiri, sementara mallet nomor dua dan tiga dipegang di tangan kanan. Tepatnya, di sela-sela jari sesuai dengan accord yang dimainkan.
Biasanya, dalam satu set alat musik Kulintang ini terdapat sekitar 14 hingga 21 potong kayu yang tersusun rapi, di mana setiap potong kayu tersebut memiliki tangga nada yang berbeda-beda saat dipukul.
Alat musik kulintang awalnya digunakan nenek moyang suku Minahasa sebagai pengiring musik dalam upacara adat serta upacara ritual tertentu yang didalamnya terdapat seni tari tradisional. Kala itu, alat musik kulintang sempat digunakan sebagai ritual pemujaan arwah nenek moyang, meski kini telah ditinggalkan. Saat ini, alat musik kulintang lebih digunakan sebagai musik penghibur dalam acara-acara besar pengiring lagu pop maupun tradisional.
8. Gamelan
Foto: id.wikipedia.org
Gamelan adalah ansambel musik tradisional yang terdiri dari berbagai instrumen seperti gong, kenong, dan saron. Gamelan berasal dari Jawa, Bali, dan Sunda. Setiap daerah memiliki karakteristik gamelan yang khas.
Gamelan Jawa dikenal dengan nada yang lebih tenang dan meditatif, sementara gamelan Bali lebih dinamis dan energik. Gamelan Sunda, yang sering disebut sebagai degung, memiliki irama yang lebih lembut dan melodius.
Gamelan sering dimainkan pada saat upacara keagamaan, pertunjukan wayang, hingga tari-tarian tradisional. Keunikan musik gamelan terletak pada harmonisasi dan sinkronisasi yang indah antara berbagai alat musik mengiringi setiap . Setiap instrumen dalam gamelan memiliki peran penting dalam menciptakan komposisi yang kaya dan berlapis.
Kepopuleran gamelan ini bahkan menyebar dan berkembang luas saat zaman kerajaan Majapahit, di mana di setiap daerah di Nusantara memadukan alat musik gamelan dengan alat musik di daerah tersebut, hingga menciptakan ciri khas yang berbeda disetiap daerah.
Kemunculan alat musik gamelan berkembang pada masa kerajaan Hindu Budha di wilayah Sumatera, Bali, dan Jawa pada abad ke 8 hingga abad ke 11. Bahkan tampak pada relief di Candi Borobudur yang terpahat ansambel gamelan di zaman kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke 6 hingga abad ke 13.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa, alat musik gamelan pertama kali diciptakan oleh Dewa Sang Hyang Era Saka yang merupakan sang penguasa tanah Jawa. Di mana gamelan yang pertama kali diciptakan adalah gong, tujuannya sebagai alat untuk memanggil para dewa kala itu, hingga pada akhirnya terciptalah alat musik Gamelan secara lengkap.
Sejumlah alat musik dari berbagai daerah di Nusantara ini menggambarkan warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai sejarah dan spiritual. Di mana setiap alat musik memiliki karakteristik unik yang mencerminkan identitas dan filosofi masyarakat di daerah asalnya. Masih banyak budaya lainnya #DiIndonesiaAja yang harus kita lestarikan. Supaya Sobat Pesona bisa ikut berpartisipasi melestarikan budaya Indonesia, kamu bisa Follow Instagram @pesona.indonesia dan bagikan konten-konten seputar budaya dan pariwisata Indonesia di media sosial kamu.