Informasi Pariwisata

Esensial

Mengenal 6 Jenis Kain yang Jadi Warisan Budaya di Indonesia

Sebagai warisan budaya, jenis kain dari berbagai daerah di Indonesia merupakan cerminan kekayaan budaya dan warisan leluhur yang harus terus dilestarikan. Kain dari berbagai daerah ini menjadi entitas tradisi budaya sebuah negara yang menyimpan sejuta pesona dan kaya akan makna di dalamnya. 

Berikut ini beberapa kain khas Indonesia untuk Sobat Pesona ketahui:

1. Kain Cual

 

Foto: indonesiakaya.com

Kain Cual adalah jenis kain tradisional dari daerah Provinsi Bangka Belitung yang telah ada sejak abad ke-17. Kain Cual sekilas mirip dengan kain Songket Palembang yang berkultur Melayu. Kain ini biasa digunakan oleh masyarakat Melayu Bangka Belitung di acara adat tradisional atau pun sebagai selendang, sarung, maupun penutup kepala khas Melayu.

Asal mula kain Cual memiliki sebutan kain Limar Mentok, di mana Mentok merupakan nama sebuah kota di yang ada di Kabupaten Bangka Barat, kepulauan Bangka Belitung. Ciri khas seni wastra khas tenun tradisional dari Provinsi Bangka Belitung ini pun mulai dikenal dan diperhitungkan hingga mancanegara.

Motif kain cual sendiri memiliki ciri khas dengan beragam corak asli ataupun hasil dari akulturasi, di mana corak asli kain Cual khas Bangka Belitung memiliki motif hewan laut dan bunga. Sedangkan kain Cual motif akulturasi dari budaya lain memiliki motif bebek, bulan bintang.

Kain Cual Bangka Belitung juga dibuat dengan sentuhan corak dari serat benang katun, sutra, dan benang emas. Harga jual kain cual pun bervariasi, mulai dari harga Rp50.000 hingga Rp15.000.000, tergantung pada motif dan bahan kain dan benang emas yang digunakan.

2. Kain Sasirangan

Foto: instagram.com

Kain Sasirangan merupakan kain tradisional khas Banjar, Kalimantan Selatan yang telah ada sejak abad ke-12 masa Kerajaan Dipa yang dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat saat bertapa di atas rakit Balarut Banyu selama 40 hari 40 malam. Pada zaman dahulu, kain Sasirangan konon diyakini bisa mengobati berbagai penyakit dan bisa mengusir roh jahat, sehingga produksinya sangat dibatasi karena hanya orang tertentu yang dapat membuatnya. Namun kini, siapa pun dapat membuatnya dan sudah diproduksi lebih banyak untuk berbagai kegiatan.

Kain Sasirangan diambil dari kata sirang atau menjelujur, karena memiliki motif jahitan yang dibuat dengan teknik jelujur. Pembuatan kain Sasirangan masih dibuat secara tradisional oleh banyak pengrajin di Kalimantan Selatan dengan berbagai motif yang cantik seperti motif lajur dan motif ceplok dengan didasari benda-benda alam yang ada di Kalimantan Selatan. Proses pembuatannya diawali dengan mendesain motif, merajut, mencelup membuka rajutan, hingga kemudian dicuci dan disetrika.

Kain Sasirangan memiliki keragaman sejarah dan budaya yang melekat dalam proses kemunculannya di Kalimantan Selatan, sehingga kain Sasirangan secara resmi diakui sebagai salah satu Warisan Budaya Tak benda khas Indonesia sejak 2010. Kain ini  dijual mulai dari harga Rp50.000 tergantung dengan kualitasnya. 

3. Kain Songket

Kain Songket merupakan tenun tradisional yang berasal dari Sumatera dan memiliki sejarah budaya yang panjang dalam perjalanannya. Kain Songket selalu dikaitkan dengan Kemaharajaan Sriwijaya, sehingga tak heran jika sejumlah Songket yang populer di berbagai daerah di Indonesia merupakan lokasi-lokasi yang pernah berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. 

Salah satunya adalah kota Palembang, Sumatera Selatan, yang diyakini sebagai ibukota Kemaharajaan Sriwijaya. Daerah penghasil Songket lainnya adalah Minangkabau atau Sumatera Barat, Lombok, Bali, Sambas, Sumba, Sulawesi, Makassar dan daerah-daerah lain di Indonesia. 

Berdasarkan sejarah Kemaharajaan Sriwijaya, terjadinya perdagangan dan perkawinan antarbangsa, membuat songket juga menjadi populer di kawasan Asia Tenggara, terutama di negara-negara sekitar Indonesia, seperti Malaysia, Brunei,dan Singapura.

Songket memiliki beragam motif tradisional, maka songket seringkali digunakan sebagai mas kawin atau hantaran para bangsawan Palembang dan Minangkabau pada masa Kemaharajaan Sriwijaya.

Kain songket memiliki berbagai motif tradisional yang menjadi ciri khas budaya masing-masing daerah penghasilnya. Beberapa contoh motif songket dari Sumatera selatan adalah bintang berante, naga besaung, dan nampan perak. Pemerintah daerah Sumatera Selatan telah mendaftarkan permohonan paten untuk 71 motif Songket tradisional, namun baru 22 motif yang sudah terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Songket dengan benang emas atau perak yang melapisinya kerap digunakan oleh para bangsawan karena menunjukkan kemuliaan derajat bangsawan yang menggunakannya, maka kain Songket menjadi salah satu kain tradisional paling mewah di Indonesia. Harga jualnya mulai dari Rp150.000-an hingga puluhan juta. 

4. Kain Ulos

Foto: instagram.com

Ulos adalah kain tenun khas masyarakat Batak, Sumatera Utara. Kain Ulos kerap digunakan saat acara resmi atau upacara adat masyarakat Batak karena memiliki makna spiritual yang mendalam, seperti pernikahan, kelahiran, dan kematian. 

Kain Ulos biasanya memiliki motif geometris berwarna gelap dan didominasi warna merah, hitam, dan putih dengan dihiasi tenunan dari benang emas atau perak. Terdapat tiga motif Kain Ulos, yaitu Ulos Ragidup,Ulos Maratur, dan Ulos Ragi Hotang yang sering dimaknai sebagai simbol pengharapan dan kesejahteraan. 

Selain itu, Ulos juga melambangkan simbol ikatan kasih sayang orang tua dengan anak dan juga sebagai media untuk menghangatkan. Leluhur masyarakat Batak juga meyakini tiga sumber kehangatan pada manusia, yaitu api, matahari, dan Ulos.

5. Tenun Ikat

Foto: traverse.id

Kain tenun ikat adalah kain yang dihasilkan dari benang lungsin dengan teknik menenun benang yang diikat sesuai pola sebelum dicelupkan ke dalam zat pewarna. Tenun ikat ini dapat dijahit dan dapat dijadikan sebagai busana seperti pakaian atau sebagai penghias interior rumah. 

Tenun Ikat sudah dikenal di Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama di daerah Sumba, Flores, dan Timor. Selain itu, daerah yang terkenal dengan Tenun Ikatnya juga terdapat di daerah Toraja, Mamuju, Luwu Utara, Sintang, Bali, Jepara Kapuas Hulu dan Lombok.

Tenun Ikat sudah ada sejak zaman dahulu, konon Kain Tenun dipengaruhi oleh kebudayaan China, India, dan Persia yang melakukan perdagangan ke Nusantara. Keterampilan bertenun ini menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, di mana dalam proses pembuatannya terdapat tiga teknik, yakni teknik ikat lungsi, ikat ganda, dan ikat pakan. Harga jual kain ini ditentukan oleh harga pokok produksi, apabila perhitungan harga pokok produksi tinggi, maka harga jualnya juga tinggi. Selain itu, jualnya juga dipengaruhi dari biaya produksi, biaya operasional, tujuan keuntungan perusahaan, daya beli masyarakat, harga jual pesaing, dan lingkungan ekonomi.

6. Kain Batik

Batik merupakan kerajinan dengan nilai seni tinggi dan menjadi bagian budaya di Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Batik merupakan kain tradisional hasil karya bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. 

Kain Batik memiliki corak ragam yang penuh makna dan filosofi penggambaran adat istiadat dan budaya di Indonesia, sehingga setiap motif Kain Batik menghasilkan suatu bentuk yang beraneka ragam dan menunjukkan status seseorang.

Tradisi membatik telah dilakukan secara turun temurun dan merupakan warisan nenek moyang hingga saat ini, di mana dalam proses membuat Kain Batik dilakukan dengan teknik mencanting, yaitu menorehkan lilin panas atau malam pada kain untuk membentuk pola, sebelum nantinya kain yang telah di batik tersebut dicelupkan ke dalam pewarna. Setiap daerah di Jawa memiliki motif batik yang khas, seperti Batik Yogyakarta yang memiliki motif parang dan kawung, Batik Solo dengan motif sogan, dan Batik Pekalongan yang dikenal dengan motif pesisiran dengan motif lebih cerah dan dinamis. Untuk harga kain batik ditentukan oleh banyak hal, salah satunya adalah dari teknik mencanting atau teknik dari membatik itu sendiri. Karena itu, biasanya harga batik tulis akan lebih mahal dibandingkan batik cap, atau printing. 

Dengan mengetahui dan menghargai jenis kain tradisional dari berbagai daerah ini, Sobat Pesona ikut menjaga warisan budaya #DiIndonesiaAja agar tetap terjaga dan dikenal oleh generasi mendatang. Follow akun Instagram @pesona.indonesia untuk mendapatkan update terkini seputar pariwisata dan budaya Indonesia lainnya.

INSIGHT

Ide Perjalanan