Informasi Pariwisata

Esensial

Mengenal Pacu Jalur Lomba Dayung Khas Riau Yang Sarat Makna

Foto:instagram @pacujalur_

Pacu Jalur merupakan lomba dayung tradisional dari daerah Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau. Pada lomba ini, sekelompok pendayung saling berpacu menggunakan perahu dari kayu gelondongan yang disebut Jalur.

Sejak abad ke-17,  jalur digunakan sebagai alat transportasi utama oleh penduduk desa di Rantau Kuantan, yaitu wilayah di sepanjang Sungai Kuantan yang terbentang dari hulu di Kecamatan Hulu Kuantan hingga hilir di Kecamatan Cerenti.  

Pada masa itu, jalur menjadi alat angkut penting, terutama untuk mengangkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu. Seiring waktu, jalur mulai diberi hiasan ukiran indah seperti kepala ular, buaya, atau harimau di bagian lambung dan selembayungnya. Jalur juga dilengkapi dengan perlengkapan seperti payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang), serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). 

Sekitar 100 tahun kemudian, jalur difungsikan sebagai alat untuk lomba adu kecepatan yang kini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Prose pembuatan jalur atau perahu tidak bisa sembarangan. Bahan kayu yang dipakai untuk pembuatan jalur harus dengan proses ritual terlebih dahulu. Pembuat jalur harus mengambil kayu dari hutan belantara, sehingga ritual itu adalah bentuk dari izin terhadap alam. 

Selain proses pembuatannya, pada waktu Pacu Jalur ada makna tarian yang dilakukan para peserta. 

Sebuah Pacu Jalur bisa ditumpangi 50-60 orang (anak pacu). Masing-masing memiliki tugas pada saat dimulainya lomba, mulai dari Tukang Concang (komandan atau pemberi aba-aba), Tukang Pinggang (juru mudi), Tukang Onjai (pemberi irama dengan menggoyang-goyangkan badan), dan terakhir adalah Tukang Tari atau Anak Coki.

Menariknya Tukang Tari kebanyakan selalu diisi oleh anak-anak karena berat badannya lebih ringan, sehingga membuat perahu melaju lebih cepat. Tukang Tari akan menari di depan jalur jika perahu yang dikendarainya sedang unggul. Ketika perahu mencapai garis finish, Tukang Tari  akan langsung melakukan sujud syukur di ujung perahu.

 

Pacu Jalur merupakan lomba dayung tradisional dari daerah Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau. Pada lomba ini, sekelompok pendayung saling berpacu menggunakan perahu dari kayu gelondongan yang disebut Jalur.

Sejak abad ke-17,  jalur digunakan sebagai alat transportasi utama oleh penduduk desa di Rantau Kuantan, yaitu wilayah di sepanjang Sungai Kuantan yang terbentang dari hulu di Kecamatan Hulu Kuantan hingga hilir di Kecamatan Cerenti.  

Pada masa itu, jalur menjadi alat angkut penting, terutama untuk mengangkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu. Seiring waktu, jalur mulai diberi hiasan ukiran indah seperti kepala ular, buaya, atau harimau di bagian lambung dan selembayungnya. Jalur juga dilengkapi dengan perlengkapan seperti payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang), serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). 

Sekitar 100 tahun kemudian, jalur difungsikan sebagai alat untuk lomba adu kecepatan yang kini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Prose pembuatan jalur atau perahu tidak bisa sembarangan. Bahan kayu yang dipakai untuk pembuatan jalur harus dengan proses ritual terlebih dahulu. Pembuat jalur harus mengambil kayu dari hutan belantara, sehingga ritual itu adalah bentuk dari izin terhadap alam. 

Selain proses pembuatannya, pada waktu Pacu Jalur ada makna tarian yang dilakukan para peserta. 

Sebuah Pacu Jalur bisa ditumpangi 50-60 orang (anak pacu). Masing-masing memiliki tugas pada saat dimulainya lomba, mulai dari Tukang Concang (komandan atau pemberi aba-aba), Tukang Pinggang (juru mudi), Tukang Onjai (pemberi irama dengan menggoyang-goyangkan badan), dan terakhir adalah Tukang Tari atau Anak Coki.

Menariknya Tukang Tari kebanyakan selalu diisi oleh anak-anak karena berat badannya lebih ringan, sehingga membuat perahu melaju lebih cepat. Tukang Tari akan menari di depan jalur jika perahu yang dikendarainya sedang unggul. Ketika perahu mencapai garis finish, Tukang Tari  akan langsung melakukan sujud syukur di ujung perahu.

Foto: kemenparekraf.go.id

Awalnya, Pacu Jalur diselenggarakan di kampung-kampung sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Kini, Pacu Jalur telah menjadi bagian dari Karisma Event Nusantara yang tahun ini berlangsung pada 20-25 Agustus 2024. Selain perlombaan, pesta rakyat Pacu Jalur juga menyajikan berbagai tontonan lain, seperti Pekan Raya, pertunjukan sanggar tari, pementasan lagu daerah, Randai Kuantan Singingi, dan kesenian tradisional lainnya dari kabupaten/kota di Riau.

Foto: instagram @pacujalur_

Sobat Pesona dapat mencapai lokasi ini dalam waktu sekitar 3,5 dari Kota Pekanbaru dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum yang tersedia dari Pekanbaru ke Kuantan Singingi. Untuk informasi seputar KEN 2024 dan inspirasi budaya #DiIndonesiaAja lainnya, pastikan kamu sudah follow Instagram @pesona.indonesia ya, Sob!

INSIGHT

Ide Perjalanan

Peterseli Kitchen: Restoran Modern dengan Cita Rasa Lezat di Riau

Peterseli Kitchen: Restoran Modern dengan Cita Rasa Lezat di Riau

Sate Bundo Kanduang, Kuliner Khas Minang yang Lezat

Sate Bundo Kanduang, Kuliner Khas Minang yang Lezat

Gulai Belacan: Hidangan Gurih Khas Melayu dengan Cita Rasa Kuat

Gulai Belacan: Hidangan Gurih Khas Melayu dengan Cita Rasa Kuat