Budaya Melayu dikenal dengan ragam busana tradisional yang mencerminkan nilai kesopanan dan keanggunan. Dua di antaranya adalah Baju Kurung dan Baju Cekak Musang, yang hingga kini tetap menjadi simbol identitas budaya masyarakat Melayu.
1. Baju Kurung: Simbol Kesederhanaan dan Kesopanan
Baju Kurung adalah pakaian tradisional yang digunakan oleh pria dan wanita Melayu. Busana ini memiliki potongan longgar dan tertutup, mencerminkan nilai-nilai kesopanan yang dijunjung tinggi dalam budaya Melayu. Untuk wanita, Baju Kurung biasanya dipadukan dengan kain sarung atau songket yang melilit pinggang hingga mata kaki.
Baju Kurung hadir dalam berbagai variasi, seperti Baju Kurung Teluk Belanga yang lebih sederhana, atau Baju Kurung Riau yang memiliki hiasan bordir di bagian kerah dan lengan. Warna-warna yang digunakan bervariasi, mulai dari cerah hingga pastel, sering disesuaikan dengan acara yang dihadiri, seperti pernikahan, upacara adat, atau hari-hari besar keagamaan.
Busana ini tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga memperlihatkan keanggunan pemakainya. Karena kesederhanaannya, Baju Kurung menjadi pilihan yang fleksibel untuk berbagai acara, baik formal maupun informal.
2. Baju Cekak Musang: Elegan dan Berwibawa
Baju Cekak Musang adalah pakaian adat pria Melayu yang memiliki desain khas dengan kerah tegak. Berbeda dengan Baju Kurung yang lebih sederhana, Baju Cekak Musang biasanya dipadukan dengan celana panjang dan kain samping yang dikenakan di pinggang.
Kerah tegak pada Baju Cekak Musang memberikan kesan formal dan berwibawa, sehingga sering digunakan pada acara resmi seperti pernikahan atau pelantikan adat. Baju ini biasanya dihiasi kancing berlapis logam, yang menambah kesan mewah.
Warna yang dipilih untuk Baju Cekak Musang biasanya lebih tegas, seperti hitam, biru tua, atau merah, yang melambangkan kekuatan dan keberanian. Meski demikian, busana ini tetap mempertahankan kesederhanaan dalam pola dan desainnya."