View di sekitar Balkondes Ngadiharjo Magelang
Memiliki objek wisata utama Candi Borobudur, tak heran jika Magelang telah lama menjadi primadona di mata para petualang. Udaranya relatif sejuk, penduduk ramah, serta berlokasi cukup dekat dari Yogyakarta membuat banyak wisatawan jatuh hati.
Magelang memang kaya magnet wisata dan cocok sekali jadi lokasi healing tipis-tipis pengusir jenuh dari rutinitas sehari-hari. Nah, untuk mengawali rencana perjalanan, dalam artikel ini ada bocoran beberapa keseruan yang bisa kalian eksplor saat berada di Magelang. Dijamin, Sobat Pesona bakal jatuh cinta!
Menginap di Balkondes Ngadiharjo yang mirip suasana rumah Mbah Uti tempo dulu
Homestay di Balkondes Ngadiharjo
Tenang dan membawa nostalgia. Itulah dua hal yang bakal Sobat Pesona rasakan setibanya di homestay Balkondes Ngadiharjo. Bergaya rumah panggung yang terbuat dari kayu, hal ini mendatangkan nostalgia mirip pulang ke rumah nenek. Dominasi warna serba coklat membuat suasana terasa makin hangat. Jika berkunjung ke sana, kita seolah disambut oleh tatapan rindu dari keluarga terdekat.
Rasa nostalgia makin kuat karena adanya pemandangan Bukit Menoreh, Gunung Merapi, Sumbing, Merbabu, dan Suroloyo di sekitar homestay. Coba bayangkan serunya menikmati pegunungan sambil minum teh atau kopi hangat di teras kamar. Hal ini bisa jadi membawa pengunjung seolah kembali ke masa kecilnya di momen kumpul keluarga.
Berdiri di lahan seluas 1,5 hektar, homestay di Balkondes Ngadiharjo juga memiliki fasilitas restoran dan pendopo. Pengelola dapat membantu mengatur acara gathering atau outbound jika diinginkan. Jangan lupa mencoba fasilitas sepeda listrik untuk berkeliling area homestay. Terdapat 7 rumah tinggal yang tersedia di sana. Jika suatu hari Sobat Pesona berencana mampir ke Magelang jangan lupa coba mampir ke sini ya.
Menyeruput kopi sambil menikmati keindahan tanaman hias di Rudy Coffee & Flowers
Berjarak kurang lebih 3 Kilometer dari homestay Balkondes Ngadiharjo, ada lokasi ngopi cantik bernama Rudy Coffee & Flowers di Desa Kebonsari. Lokasi budidaya tanaman hias yang dimiliki pasangan suami istri ini sangat nyaman untuk ngadem sore-sore.
Aprilia istri pemilik Rudy Coffee and Flowers
Bersama istrinya, Aprilia, Rudy melakukan budidaya tanaman hias paling banyak untuk jenis Aglonema dan Begonia.Terdapat puluhan pot tanaman yang tumbuh sehat dan subur di pekarangan rumah, jadi ‘surga’ yang bikin betah berlama-lama bagi para pecinta tanaman.
Kini tanaman-tanaman itu tidak hanya tinggal di Rumah Rudy Coffee & Flowers. Kecantikan tanaman memberikan keuntungan ekonomi. Pembeli dari Magelang dan Yogyakarta datang membeli baik secara langsung atau daring. Harga setiap bunga bervariasi mulai dari Rp10,000. Di sini, sambil melihat tanaman, Sobat Pesona juga bisa menikmati secangkir kopi di warung milik Rudy dan Aprilia.
Ibu Mulyana bersama kedua putranya
Bicara soal wisata tentu tak lengkap tanpa kuliner ya, Sobat Pesona. Jadi, yuk, lanjutin eksplorasi ke desa tak jauh dari Kebonsari yaitu Majaksingi. Di desa ini, selain bertani, beberapa rumah menekuni bisnis pembuatan tahu. Di antaranya adalah Pabrik Tahu Pak Wiyoto dan Pabrik Tahu Ibu Mulyana.
Tempat pengolahan tahu ibu Mulyana
Ibu Mulyana memulai produksi tahu bersama kedua anak laki-lakinya sejak 2022, tahu diolah secara sederhana namun sepenuh hati. Dalam sehari mereka memproduksi sekitar 75 kilogram tahu, baik tahu putih maupun kuning. Tidak ada mesin besar dan canggih. Semuanya masih diolah secara tradisional. Aktivitas membuat tahu sudah dimulai dari jam 2 pagi hingga 3 sore. Setelah kedelai dibeli, Ibu Mulyana mulai mengolah tahu dengan cara membersihkan kedelai, memasak, hingga mencetak ke dalam bentuk balok.
Tempat pengolahan tahu ibu Mulyana
Harga tahu juga cukup terjangkau. Per kotak kecil dibanderol dengan harga Rp500 hingga Rp1,000 sedangkan balok besar dijual dengan harga Rp 35,000.
Pabrik tahu Pak Wiyoto
Melihat langsung proses pembuatan tahu serta mengobrol langsung dengan para pengrajin makanan ini akan memberikan pengalaman berbeda bagi Sobat Pesona. Kalian juga bisa membeli tahu untuk camilan perjalanan atau oleh-oleh yang dibawa pulang.
Menyambangi perajin Upanat, alas kaki dan tas anyaman untuk pengunjung Candi Borobudur.
Sejak tahun 2020 pengunjung yang ingin memasuki areal Candi Borobudur wajib mengenakan sandal khusus bernama Upanat. Bukan tanpa alasan, penggunaan sandal yang dibuat dari anyaman ini ditujukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan batu di areal situs bersejarah tersebut.
Produk Upanat buatan Mizbah
Untuk pembuatan alas kaki tersebut, pemerintah pun mempercayakannya kepada masyarakat setempat. Bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), diadakanlah program pelestarian berbasis pemberdayaan masyarakat di sekitar Borobudur. Ada sekitar 14 perajin yang menyuplai alas kaki dan tas Upanat ke pengelola Borobudur.
Salah satu pengrajin yang terlibat bernama Misbah. Pria yang tinggal di Desa Majaksingi itu bercerita bahwa dirinya menjadi salah satu dari 14 pengrajin pembuat Upanat. Dibantu istrinya, Indri, Misbah setiap harinya membuat 50-80 pasang alas kaki dan tas Upanat.
Program ini juga jadi upaya pelestarian berbasis pemberdayaan masyarakat di sekitar Borobudur. Dengan adanya program pembuatan Upanat, Misbah dan belasan pengrajin lainnya selain mendapatkan penghasilan juga menjadi bagian dari pelestari Borobudur.
Mengintip kreativitas pasangan pembuat besek yang produknya dipakai di hotel berbintang Magelang.
Perajin besek, Desa Majaksingi
Masih dari Desa Majaksingi, pemanfaatan tanaman bambu tidak hanya berhenti untuk pembuatan alas kaki dan tas upanat saja. Musarofah dan suaminya memanfaatkan bambu untuk pembuatan besek. Besek adalah wadah yang terbuat dari tanaman bambu dan bisa dimanfaatkan untuk menyimpan mulai dari bumbu sampai makanan.
Besek opsi kemasan ramah lingkungan
Besek selain unik banyak disukai karena diketahui sebagai tempat penyimpanan yang eco friendly loh, Sobat Pesona. Sejak tahun 2001, Musarofah mulai membuat besek. Namun selama beberapa tahun terakhir pesanan besek kian meningkat karena salah satu hotel berbintang yakni Amanjiwo rajin melakukan pemesanan. Menurutnya, besek menjadi salah satu ikon suvenir untuk menjamu para tamu asing yang datang menginap.
Belanja oleh-oleh olahan Carica sambil lihat proses pembuatannya
Kalau Sobat Pesona biasa beli oleh-oleh di toko, sekarang coba ke pabriknya langsung, yuk!
Di Desa Kebonsari, Magelang, Sobat Pesona bisa mampir ke rumah pengolahan buah Carica milik Sukirman. Di sana, pengunjung dapat membeli panganan dengan rasa manis ini sambil melihat proses pembuatan dan pengepakannya.
Di tangan Sukirman buah Carica yang tumbuh di dataran tinggi itu diolah jadi sajian dengan rasa berbeda. Bermula di Wonosobo, sudah sekitar 5 tahunan Sukirman dan istri memboyong bisnisnya ke Magelang hingga punyai 5 karyawan. Rata-rata per harinya, Sukirman memproduksi sekitar 2000 cup Carica.
Sukirman dan Istri
Produk olahan Carica
Pekerja di pabrik Carica
Produk tersebut dipasarkan mulai dari Kota Klaten, Magelang, dan Solo. Melalui bisnisnya, Sukirman tidak hanya mampu menambah nilai ekonomi Carica tapi juga membuka lapangan kerja. Sukses terus, ya!
Itu tadi Sobat Pesona, berbagai kegiatan seru yang bisa kamu lakukan di Desa Ngadiharjo, Kebonsari, dan Majaksing. Nah, jadi kalau ke Magelang, tidak hanya ke Candi Borobudur, eksplor juga desa-desa wisata di sana, ya. Yuk, ajak teman dan keluargamu berlibur ke sini!
***