Sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara, Masjid Istiqlal bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol nasional yang memadukan nilai sejarah, arsitektur, dan keberagaman.
Terletak di jantung ibu kota Jakarta, masjid ini menyimpan kisah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia serta gagasan arsitektur yang sarat makna.
Sejarah Masjid Istiqlal: Dari Gagasan Kemerdekaan hingga Realisasi
Sejarah Masjid Istiqlal tak lepas dari semangat kemerdekaan. Nama “Istiqlal” sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “kemerdekaan”.
Ide pendirian masjid ini muncul tak lama setelah Indonesia merdeka, sebagai bentuk syukur dan simbol kebangsaan bagi umat Islam di Indonesia.
Proklamator dan Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, adalah tokoh kunci di balik proyek ini. Peletakan batu pertama dilakukan pada 24 Agustus 1961, namun pembangunan baru rampung pada 1978.
Pembangunan masjid ini menjadi proyek nasional yang mempertemukan berbagai elemen bangsa, termasuk keberagaman agama — karena bahkan pendeta Kristen Protestan saat itu, Friedrich Silaban, dipercaya sebagai arsiteknya.
Arsitek Masjid Istiqlal: Karya Besar Friedrich Silaban
Salah satu fakta paling menarik adalah bahwa arsitek masjid Istiqlal bukan seorang Muslim, melainkan seorang arsitek Kristen Batak Toba, Friedrich Silaban.
Ia memenangkan sayembara desain masjid Istiqlal yang digelar pada 1955, mengalahkan puluhan peserta lainnya.
Silaban mengusung konsep arsitektur modern minimalis dengan sentuhan monumental. Desain masjid ini memiliki filosofi mendalam:
- Jumlah pilar utama sebanyak 12 melambangkan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal.
- Kubah utama berdiameter 45 meter, sebagai simbol tahun kemerdekaan Indonesia (1945).
- Menara tunggal setinggi 96 meter melambangkan 99 Asmaul Husna, dengan bentuk yang menjulang sebagai pengingat keagungan Tuhan.
- Perpaduan antara makna simbolis dan struktur megah menjadikan Masjid Istiqlal sebagai karya arsitektur yang menginspirasi hingga kini.
Keunikan Masjid Istiqlal yang Perlu Diketahui
Berlokasi di Jl. Taman Wijaya Kusuma, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat, masjid ini memiliki beberapa keunikan yang tidak dimiliki masjid lain di Jakarta.
Masjid ini memiliki luas mencapai 9,5 hektare dan kapasitas lebih dari 200.000 jamaah. Masjid ini juga memiliki bedug raksasa berusia lebih dari satu abad, yang dibawa dari Garut, Jawa Barat.
Selain itu, juga ada sistem akustik canggih tanpa pengeras suara digital di dalam ruang utama, memanfaatkan pantulan suara dari dinding logam.
Yang juga cukup menarik adalah letaknya berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta, sebagai simbol toleransi antarumat beragama.
Masjid Istiqlal Sebagai Destinasi Wisata Religi dan Edukasi
Masjid Istiqlal kini menjadi salah satu destinasi wisata religi unggulan di Jakarta. Tak hanya umat Islam, pengunjung dari berbagai agama dan negara datang untuk melihat langsung kemegahan arsitekturnya dan merasakan atmosfer spiritual yang tenang.
Pihak pengelola masjid Istiqlal menyediakan tur edukatif yang dipandu oleh pemandu resmi, lengkap dengan penjelasan sejarah, filosofi desain, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam bangunan ini.
Selain itu, tersedia juga pameran dan perpustakaan yang menyimpan arsip sejarah pembangunan masjid hingga koleksi literatur keislaman.
Bagi pelajar, mahasiswa, atau peneliti, kunjungan ke Masjid Istiqlal memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana sebuah tempat ibadah bisa menjadi pusat pendidikan, dialog antaragama, dan kebanggaan arsitektur nasional.
Kombinasi nilai spiritual dan edukatif ini menjadikan Masjid Istiqlal unik dibandingkan masjid lainnya di Indonesia.
Masjid Istiqlal bukan hanya tempat ibadah umat Islam, namun juga karya budaya, simbol sejarah, dan wujud nyata toleransi Indonesia. Dengan desain arsitektur yang sarat makna dan sejarah yang membanggakan, Istiqlal akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa ini.