Informasi Pariwisata

Esensial

Mengunjungi Pura Besakih, Pura Terbesar Umat Hindu di Bali

Bayangkan pagi yang hening di Bali, embun masih menggantung di dedaunan, dan di kejauhan, Gunung Agung berdiri megah menyentuh langit. 

Di lereng gunung suci inilah, tersembunyi kompleks spiritual terbesar di Pulau Dewata yang dikenal dengan Pura Besakih. Tempat ini bukan hanya destinasi wisata, tapi juga perjalanan jiwa. Apakah kamu sudah siap menelusuri lebih dalam Pura Besakih?

Mengenal Pura Besakih: Pura Terbesar dan Tersuci di Bali

Selain menjadi pura terbesar, Pura Besakih adalah pura paling suci bagi umat Hindu di Bali. Nama Besakih diambil dari Bahasa Sansekerta ‘Wasuki’ yang berarti selamat. 

Lokasi Strategis di Ketinggian

Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, tepat di lereng barat daya Gunung Agung, pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. 

Lokasinya berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Ubud atau 2,5 jam dari Kuta, yang bisa ditempuh dengan mobil, motor, atau menyewa travel lokal.

Lokasi Pura Besakih dipilih karena dipercaya sebagai kawasan suci sejak zaman dahulu. Dulunya disebut Hulundang Basukih, nama desa ini kemudian berubah menjadi Besakih.

Nama pura sendiri juga berkaitan dengan mitologi Naga Basuki, sosok suci penjaga keseimbangan Gunung Mandara, simbol perlindungan dan harmoni semesta bagi umat Hindu Bali.

Saat kamu datang ke sini, bersiaplah disambut pemandangan magis barisan pura megah berlatar alam hijau dan kabut tipis yang turun perlahan, membuat suasana terasa hening sekaligus menggetarkan.

Julukan ‘Pura Ibu’ atau ‘Mother Temple’

Pura Besakih dijuluki sebagai ‘Mother Temple of Bali’ atau ‘Pura Ibu’ di Bali. Itu karena Pura Besakih adalah ‘Huluning Bali Rajya’ yang artinya pusat spiritual Pulau Bali. 

Selain itu, karena Pura Besakih berdiri di timur laut Gunung Agung, arah matahari terbit yang dipercaya sebagai simbol kehidupan dan kesucian, itu menjadikan Pura Besakih sebagai jiwa dari seluruh pura di Bali. 

Makna Spiritual Pura Besakih

Bagi umat Hindu Bali, Pura Besakih adalah tempat pemujaan utama kepada Tiga Dewa, yaitu Brahma (pencipta), Wisnu (pemelihara), dan Siwa (pelebur). 

Di sini kamu akan melihat dan merasakan langsung bagaimana setiap persembahan yang dihaturkan, mulai dari dupa, hingga doa-doa yang dibisikkan merupakan wujud rasa syukur dan bentuk nyata konsep Tri Hita Karana. 

Tri Hita Karana adalah keseimbangan antara pawongan (manusia), palemahan (alam semesta), dan Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan). Di Pura Besakih, Tri Hita Karana hadir tidak hanya sebagai filosofi, tetapi sebagai napas dalam setiap aktivitas spiritual umat Hindu Bali.

Struktur dan Kompleks Pura yang Mengagumkan

Terletak di lereng Gunung Agung, Pura Besakih memiliki struktur dan kompleks bagunan yang megah dan mampu membuatmu terpikat. 

Terdiri dari Puluhan Pura Besar dan Kecil

Kompleks Pura Besakih bukan sekadar satu bangunan suci, melainkan rangkaian tempat pemujaan yang luas dan penuh makna. Terdiri dari 23 pura besar dan kecil, setiap bangunan di dalamnya memiliki fungsi spiritual yang unik. 

Pusat utama di Pura Besakih adalah Pura Penataran Agung yang menjadi tempat berlangsungnya upacara-upacara besar. Sementara pura-pura lainnya menjadi ruang untuk bermeditasi, menyepi, atau menjalankan ritual pribadi. 

Semua pura yang ada di Pura Besakih berpadu membentuk satu kesatuan spiritual yang hidup dan terus dijaga sejak ratusan tahun lalu.

Simbolisme dalam Tata Letak

Tata letak Pura Besakih bukan sekadar soal estetika, tapi sarat filosofi yang mendalam. Semuanya dibangun mengikuti konsep Tri Hita Karana, tiga harmoni yang menjadi dasar kehidupan umat Hindu Bali: manusia, alam, dan Tuhan. 

Arah bangunan pun mengandung makna spiritual. Bangunan-bangunan yang mengarah ke atas, ke lereng Gunung Agung, melambangkan kedekatan dengan Yang Ilahi. 

Sementara bangunan yang mengarah horizontal, yang mengikuti garis tanah dan arah mata angin, mencerminkan hubungan antarumat dan kehidupan sosial. Tata letak ini penuh dengan keharmonisan, maka jika datang ke sini jangan heran kalau kamu merasakan ketenangan dan kedamaian. 

Arsitektur Tradisional yang Megah

Arsitektur Pura Besakih adalah wujud nyata kemegahan warisan Bali kuno yang tetap hidup hingga kini. Atapnya bertingkat dari ijuk, dikenal sebagai meru, yang jumlah tingkatnya menunjukkan tingkat kesucian dan penghormatan terhadap dewa-dewa. 

Di sisi lain, ukiran batu yang rumit menghiasi dinding dan pelinggih, masing-masing memuat simbol dan cerita leluhur. 

Gerbang masuknya yang khas dengan candi bentar, berdiri gagah sebagai pembatas antara dunia luar dan ruang suci. Semua elemen ini tidak hanya memperindah bangunan, tapi juga mengandung nilai spiritual yang dalam dan penuh makna. 

Upacara dan Perayaan Agung di Pura Besakih

Sebagai pusat kehidupan dari seluruh pura di Bali, Pura Besakih selalu menjadi tempat berbagai upacara dan perayaan agung umat Hindu, salah satunya adalah Ida Bhatara Turun Kabeh. 

Ida Bhatara Turun Kabeh 

Ida Bhatara Turun Kabeh adalah upacara besar yang setiap tahun dilakukan di Pura Besakih. Biasanya, kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan puncak upacara Bhatara Turun Kabeh pada bulan Kedasa, yaitu sekitar Maret-April menurut kalender Bali. 

Pada upacara ini, umat Hindu Bali mempercayai semua manifestasi dewa (Ida Betara) turun ke bumi dan bersemayam di Pura Besakih. Ribuan umat dari berbagai daerah akan datang untuk menghaturkan bakti, membawa sesajen, dan mengikuti rangkaian ritual yang penuh makna. 

Selama upacara berlangsung, setiap sudut kompleks Pura Besakih terasa ‘hidup’, tidak hanya sebagai bangunan suci, tetapi juga sebagai ruang pertemuan antara manusia dan yang ilahi.

Panca Wali Krama 

Panca Wali Krama adalah upacara besar yang diselenggarakan di Pura Besakih setiap 10 tahun sekali. Ritual ini bertujuan untuk menyucikan jagat raya dan menjaga keseimbangan alam semesta. 

Dalam pelaksanaannya, umat Hindu Bali dari seluruh penjuru pulau datang membawa persembahan dalam jumlah besar, termasuk sajen bebangkit  dan banten agung

Ketika upacara ini dilaksanakan, seluruh kompleks pura dihias megah, dan suasana berubah menjadi sangat sakral. Upacara ini juga menjadi momen introspeksi bersama umat Hindu untuk mengingat hidup harus selaras dengan alam, sesama, dan Tuhan.

Eka Dasa Rudra 

Sebagai upacara terbesar dan paling sakral dalam tradisi Hindu Bali, Eka Dasa Rudra hanya dilaksanakan setiap 100 tahun sekali di Pura Besakih. 

Tujuannya adalah untuk menetralisir energi negatif dan mengembalikan keseimbangan dunia secara universal. Ritual ini melibatkan pemujaan terhadap sebelas Dewa Rudra sebagai simbol kekuatan untuk membersihkan dunia dari energi negatif. 

Dalam sejarahnya, Eka Dasa Rudra terakhir kali digelar pada tahun 1979, dan dihadiri oleh ribuan umat serta tokoh-tokoh nasional. Skala dan maknanya yang luar biasa membuat upacara ini dikenal sebagai titik puncak spiritual umat Hindu Bali.

Persiapan Menuju Pura Besakih

Sebelum mengunjungi Pura Besakih, ada beberapa hal penting yang perlu kamu siapkan. Seperti pakaian, waktu kunjungan, dan aturan setempat yang harus kamu pahami. 

  1. Mengenakan pakaian yang sopan dan sesuai aturan. Di sini semua pengunjungi diwajibkan menggunakan kain (kamen) dan selendang. Jika tidak membawanya, kamu bisa menyewanya di area pintu masuk. 
  2. Datang di pagi hari. Suasana pagi di Pura Besakih terasa lebih sejuk, tenang, dan khidmat. Ini adalah waktu terbaik untuk kamu menikmati keindahan arsitektur pura sekaligus meresapi nuansa spiritual yang ada di sini. 
  3. Gunakan jasa pemandu lokal. Kamu bisa memahami lebih dalam tentang makna simbolik dan sejarah di setiap bagian pura lewat seorang pemandu. Pemandu ini bisa membuat pengalamanmu lebih berkesan. 
  4. Selalu hormati umat Hindu yang sedang beribadah. Saat berkunjung, pastikan kamu tidak mengganggu peribadatan mereka. Hindari area suci yang biasanya diberi tanda larangan, dan jaga sikap jangan bersuara terlalu keras agar suasana di Pura Besakih tetap sakral.

Estimasi Budget

  • Tiket masuk: Rp60.000 hingga Rp100.000 (sudah termasuk sewa kain dan selendang)
  • Sewa pemandu lokal (opsional): Rp50.000 hingga Rp100.000
  • Transportasi dari Ubud/Kuta ke Besakih: Rp300.000 hingga Rp 500.000 (pulang-pergi, tergantung moda transportasi)
  • Makan atau minum di sekitar lokasi: Rp30.000 hingga Rp50.000
  • Total estimasi biaya lokal: Mulai dari Rp150.000 hingga Rp650.000
  • Tiket pesawat ke Bali (pulang-pergi):

Dari Jakarta: Rp1.000.000 hingga Rp1.800.000

Dari Surabaya: Rp800.000 hingga Rp1.400.000

Dari Makassar: Rp1.200.000 hingga Rp2.000.000

Dari Medan: Rp1.500.000 hingga Rp2.500.000

Total estimasi perjalanan lengkap: Mulai dari Rp1.000.000 hingga Rp3.000.000 per orang. 

Pesona di Sekitar Pura Besakih

Setelah dari Pura Besakih, jangan buru-buru pulang. Kamu bisa sekalian mampir menikmati sisi lain Pulau Bali di beberapa tempat ini: 

1. Gunung Agung Basecamp

Tempat awal pendakian ke Gunung Agung, gunung tertinggi dan paling disucikan di Bali. Dari sini, pendaki bisanya memulai perjalanan malam untuk menyaksikan matahari terbit dari puncak. 

2. Bukit Jambul

Di jalur menuju Pura Besakih, Bukit Jambul menjadi sebuah spot foto yang menawarkan pemandangan sawah bertingkat dan lembah hijau.Tempat ini cocok untuk beristirahat sejenak sambil menikmati panorama Bali Timur.

3. Desa Sidemen

Surga bagi pecinta suasana tenang dan autentik. Desa ini terkenal dengan sawahnya yang luas, kerajinan tenun tradisional, serta atmosfer slow living khas Bali yang masih alami dan jauh dari keramaian wisata.

4. Tirta Gangga

Taman air eksotis yang dulunya merupakan bagian dari istana kerajaan Karangasem. Kolam batu, air mancur, dan patung-patung yang menghiasi area ini membuatnya jadi spot foto sekaligus tempat bersantai yang cantik dan bersejarah.

Waktunya Datang ke Pura Besakih

Pura Besakih bukan hanya tempat untuk berfoto atau melihat arsitektur kuno, ini adalah ruang spiritual yang penuh makna. Suasana di sini tenang, sakral, dan membawa kamu lebih dekat dengan kearifan lokal Bali yang kental akan nilai religius.

Tempat ini sangat cocok bagi kamu yang melakukan perjalanan seorang diri dan ingin merasakan pengalaman batin yang mendalam. Banyak solo traveler datang ke sini untuk mencari ketenangan atau sekadar merenung di tengah nuansa spiritual yang kental. 

Bagi pasangan yang sedang honeymoon, Pura Besakih bisa menjadi alternatif romantis yang berbeda dari pantai yang lebih hening, penuh makna, dan memberi kesempatan untuk menyatu dengan suasana Bali yang autentik. 

Sedangkan untuk kamu yang datang bersama keluarga, terutama dengan anak-anak, tempat ini juga bisa jadi sarana edukasi yang berharga. Anak-anak bisa belajar menghargai budaya, tradisi, dan melihat langsung bagaimana masyarakat Bali menjalankan kehidupan spiritualnya dengan penuh dedikasi.

Singkatnya, siapa pun kamu, baik sendiri, berdua, atau bersama keluarga, Pura Besakih selalu punya cara tersendiri untuk menyentuh hati dan memberikan pengalaman yang tak terlupakan.

Di sini, kamu bisa mengalami Bali secara utuh hingga jantung spiritualnya yang hidup sejak berabad-abad lalu. Jadi, kapan kamu siap merasakan sisi Bali yang paling suci dan menyentuh hati?

INSIGHT

Ide Perjalanan

Aktivitas yang Bisa Kamu Lakukan di Bali Saat Hari Raya Nyepi

Aktivitas yang Bisa Kamu Lakukan di Bali Saat Hari Raya Nyepi